Jauh sebelum kemerdekaan diproklamasikan, para pemuda sudah bersumpah bahwa mereka bertumpah darah, berbangsa dan berbahasa satu, Indonesia. Peristiwa sejarah yang terjadi 85 tahun lalu ini tak akan kehilangan maknanya sampai kapan pun selama Republik ini masih bersatu di bawah naungan bendera Merah Putih. Peristiwa sejarah itu akan selalu menjadi inspirasi bahwa bangsa Indonesia akan selalu kuat ketika bangsa ini bersatu.
Ada satu hal yang harusnya selalu menjadi inspirasi utama seluruh pemuda Indonesia sebagai subjek—bukan objek—dari Sumpah Pemuda, yaitu ketulusan niat untuk berkorban demi bangsa dan negerinya. Para pemuda yang berkumpul di Jakarta dalam rangka Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda—serta tak lupa pemuda-pemuda lain yang tergabung dalam berbagai organisasi yang mengirim delegasinya ke kongres tersebut—adalah contoh pemuda-pemudi yang tanpa pamrih berjuang demi bangsanya.
Para penata fondasi bangsa ini tersebut tidak terkontaminasi oleh berbagai mimpi kenikmatan dunia yang ditawarkan oleh sistem ekonomi uang. Saat ini pamrihlah yang menjadi masalah utama dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam penguatan sistem politik. Sangat sulit—kalau tidak bisa dibilang langka— menemukan pemuda yang tanpa pamrih terjun dengan ke politik. Bahkan tidak jarang pemuda yang masuk ke politik dengan mimpi agar cepat kaya.
Tak ayal niat yang memang sudah rebah itu menggiring pemuda-pemudi tipe itu menjadi duplikasi politisi-politisi busuk dan birokrat-birokrat korup yang dulu mungkin pernah dibencinya ketika masih mengenyam bangku pendidikan. Sungguh meruginya bangsa ini jika pemudanya hanya menjadi duplikasi apa yang dulu pernah dibencinya. Namun, syukurlah masih banyak pemuda-pemudi yang tulus berjuang memajukan bangsa lewat jalan nonpolitik. Pemudapemudi tersebut berjuang dengan kemampuan dan keahliannya masing-masing untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitarnya.
Sudah tidak asing lagi kita dengar berbagai program sosial yang dilakukan pemuda-pemudi, seperti mengajar, melakukan penyuluhan, melakukan pendampingan, dan berbagai langkah penguatan masyarakat lainnya yang dilakukan para pemuda ini. Bahkan, makin banyak pemuda yang mengembangkan sayap bisnisnya dengan sekaligus memajukan masyarakat. Pemuda-pemudi yang berjuang tanpa pamrih ini adalah modal bangsa di tengah pesimisme yang merebak karena makin compangcampingnya perpolitikan dan masih lambannya birokrasi.
Mereka menjadi pendobrak tatanan yang membusuk dan sedikit demi sedikit, akibat terus terduplikasinya kecurangan dalam kehidupan politik bangsa ini. Para pemuda yang sudah teruji tanpa pamrih berjuang demi bangsanya itu seyogianya menanamkan dalam dirinya untuk tidak antipolitik. Kalaupun politik dipandang kotor, dia akan terus kotor jika tak ada orang baik yang mau ikut masuk dan berusaha memberikan pengaruh positif. Toh, sepanjang sejarah politik umat manusia politik memang cenderung kotor, karena kekuasaan dan uang serta berbagai kemudahan lain ada di sana.
Namun, sejarah jugalah yang membuktikan bahwa politik yang dikuasai oleh orang-orang yang kotor itu bisa diperbaiki dan memberikan manfaat bagi banyak jika orang-orang baik yang masuk ke politik. Namun ada syaratnya, pemuda-pemudi yang baik itu bersatu dengan orang-orang yang sevisi sehingga bisa menghimpun kekuatan yang signifikan. Mereka juga harus membangun kemandirian, terutama kemandirian ekonomi, agar tidak harus bergantung pada orang lain yang bisa merusak niatnya.
Bangsa yang besar ini tidak butuh revolusi saat ini. Yang dibutuhkan adalah evolusi sebagai hasil akumulasi pembangunan yang dilakukan dengan tanpa pamrih. Harapan besar bangsa ini tertampuk pada pundak pemuda-pemudi Indonesia.
Selasa 29 Oktober 2013

Komentar
Posting Komentar