Langsung ke konten utama

Lima Langkah Menuju Deklarasi Malino


Hari ini mataku tertarik melihat sebuah judul artikel isinya akan saya ringkas dibawah ini :

Lima Langkah Menuju Deklarasi Malino

                                                                                                                                       5 januari 2002

Malino, sebuah kawasan puncak gunung yang dingin di kabupaten gowa, sulawesi selatan, kembali menyita perhatian publik, akhir 2001. disana dilaksanakan pertemuan yang merekonsiliasi dua kubu yang berperang di poso selama tiga tahun terakhir ini : kubu islam dan kristen. dua kubu yang saling mengharamkan dan menafikkan, duduk semeja dan mendeklarasikan dihentikannya perang, disingkirkannya rasa permusuhan. itu dilakukan para tokoh agama, adat, juru runding, dan "dedengkot" perang masing-masing pihak. hasil pertemuan tersebut kemudian diberi nama "deklarasi Malino untuk Poso.
banyak kalangan yang memandang pertemuan ini dengan pesimisme, bahkan negatif. saya berada dipihak positif dan optimis. saya memandang, keberhasilan pertemuan Malino dikarenakan beberapa hal: pertama, saudara-saudara kita dari kelompok nasrani memaklumkan bahwa mereka datang hanya dengan tujuan tunggal, berdamai dengan saudara-saudara muslim mereka tanpa syarat. maka, segala kekhawatiran adanya ketegangan, cair seketika itu juga. nah, jalan menuju rekonsiliasi pun kian terbuka saat itu.
selanjutnya, kedua belah pihak memulai sesuatu dengan pendekatan teologia. dalam pernyataanya, wakil kelompok nasrani dengan tegas mengatakan: "adalah keimanan kami bahwa siapa saja yang membawa damai, adalah anak-anak allah. maka kami datang untuk misi ini. untuk itu semua, kami memohon maaf sedalam-dalamnya kepada saudara-saudari kami yang muslim, yang selama ini hilang dari sisi kami, tetapi hari ini akan bersama kami lagi"
maka spontan kubu islam pun muncul dengan jawaban serta sikap teologis; "adalah ajaran agama kami bahwa kami berkewajiban memberi maaf orang-orang yang meminta maaf, dan sekaligus juga meminta maaf kepada mereka" sikap teologis kedua pihak inilah yang menjadi nafas dan pondasi rekonsiliasi tersebut. pasalnya, kubu islam masih dalam suasana idul fitri dimana kata dan sikap maaf-memaafkan menjadi esensi peristiwa keagamaan tesebut. kubu nasrani juga berada dalam suasana natal, dimana kata damai dan saling memaafkan, juga menjadi salah satu makna terdalam dari peeristiwa keagamaan ini. artinya, konteks waktu sangat berpengaruh atas kesuksesan pertemuan malino.
kedua, segala kemarahan yang terpendam dalam pikiran dan hati selama ini, ditumpahkan secara leluasa di malino. rasa dendam dilampiaskan dalam orasi, motivasi untuk mematikan lawan. rasa munafik di marjinalkan. yang ada hanya keterusterangan. yang berkembang hanyalah keterbukaan. akhir dari semua itu, kedua musuh yang pernah saling mematikan itu berangkulan dan bertandatangan diatas sehelai kertas kesepakatan.
ketiga, kedua belah pihak sedang berada dalam suasana yang kian realistis. selama tiga tahun dalam kancah perang, rakyat poso berhadapan dengan tiga hal. mereka berperang terus hingga harus mencapai titik zero sum gam (habis-habisan) dengan metode fit for tat (salin membalas). mereka menyaksikan dan mengalami betapa getirnya pilihan ini. korban nyawa dan harta telah menjadi menu keseharian mereka.
lalu, mereka berhadapan dengan pilihan kedua, yakni, digempur habis-habisan dan represif oleh aparat negara yang bernama tentara. sebab, bagaimana pun, negara memiliki kepentingan disana, yakni, menyetop perang agar tidak bereskalasi ke daerah lain, yang bisa menggoyang perahu persatuan bangsa kita. pilihan itu pun sangat merugikan mereka sebab apapun alasannya, gempuran aparat negara bisa ditafsirkan sebagai gempuran terhadap harga diri orang poso.
hal ini muncul selama perundingan berlangsung. masing-masing pihak mengemukakan bahwa urusan poso harus diselesaikan sendiri oleh orang sulawesi atau poso. tidak boleh ada campur tangan orang luar. maka, hanya pilihan ketiga yang tersisa, yaitu, datang untuk duduk semeja dalam perundingan dengan musuh.
keempat, kedua belah pihak datang dengan semua unsur yang terlibat dalam perang. karena itu, segala aspirasi dan keinginan kelompok-kelompok kepentingan dalam kemelut poso selama ini, semuanya tersalurkan melalui mekanisme pertemuan, yang diakumulasikan dalam bentuk deklarasi. sejalan dengan ini, keinginan untuk melakukan rekonsiliasai tidak didesakkan dari mana-mana, tetapi dinafasi oleh keinginan sendiri. berbarengan dengan itu, masing-masing pihak bisa menemukan landasan kebersamaan dalam bentuk cara memandang dan menyaksikan realitas kehidupan mereka selama perang berlangsung.
terakhir, kedua belah pihak bisa memunculkan adanya rasa trust (percaya) satu sama lain. trust tersebut lahir karena keduanya meyakini bahwa masing-masing pihak mengalami hal yang sama. pengalaman dalam kepedihan itulah yang membuat mereka percaya bahwa masing-masing sudah jenuh dengan realitas perang. dalam perspektif ini, muncul inisiator yang lincah, M. jusuf kalla, yang memang sudah dipercayai oleh semua kelompok keagamaan di indonesia timur, untuk menyelesaikan segala riak-riak etnis dan agama yang pernah ada.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAJAK SEONGGOK JAGUNG "W.S. Rendra"

Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda yang kurang sekolahan. Memandang jagung itu, sang pemuda melihat ladang; ia melihat petani; ia melihat panen; dan suatu hari subuh, para wanita dengan gendongan pergi ke pasar ……….. Dan ia juga melihat suatu pagi hari di dekat sumur gadis-gadis bercanda sambil menumbuk jagung menjadi maisena. Sedang di dalam dapur tungku-tungku menyala. Di dalam udara murni tercium kuwe jagung Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda. Ia siap menggarap jagung Ia melihat kemungkinan otak dan tangan siap bekerja Tetapi ini : Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda tamat SLA Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa. Hanya ada seonggok jagung di kamarnya. Ia memandang jagung itu dan ia melihat dirinya terlunta-lunta . Ia melihat dirinya ditendang dari diskotik. Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalase. Ia melihat saingannya naik sepeda motor. Ia melihat nomor-nomor lotre. Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal. Seonggok jagung di kamar t...

Busuknya kebencian

Seorang Ibu Guru taman kanak-kanak (TK) mengadakan"permainan". Ibu Gurumenyuruh tiap² muridnya membawa kantong plastiktransparan 1 buah dankentang. Masing² kentang tersebut diberi namaberdasarkan nama orang yangdibenci, sehingga jumlah kentangnya tidak ditentukanberapa ... tergantungjumlah orang² yang dibenci. Pada hari yang disepakati masing² murid membawakentang dalam kantongplastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan adayang 5. Sepertiperintah guru mereka tiap² kentang diberi nama sesuainama orang yangdibenci. Murid² harus membawa kantong plastik berisikentang tersebutkemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun,selama 1 minggu. Hari berganti hari, kentang² pun mulai membusuk,murid² mulai mengeluh,apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain beratbaunya juga tidak sedap.Setelah 1 minggu murid² TK tersebut merasa lega karenapenderitaan merekaakan segera berakhir. Ibu Guru : "Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1minggu ?" Kel...

Moral Remaja Makassar Bakal Terdegradasi

Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin mengakui imbas dari cita-cita Makassar sebagai kota dunia akan berefek dengan munculnya degradasi moral utamanya di kalangan remaja. Hal ini merupakan konsekuensi dari masuknya semua pengaruh asing ke dalam dinamika kehidupan warga kota Makassar bersamaan dengan aspek medernisasi lainnya. "Pada akhir abad 16 yang lalu, di saat Makassar tampil sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia, modernisasi yang datang dikelola dengan tetap mempertahankan nilai moral. Keberhasilan ini disebabkan karena kuatnya peran agama sebagai filter kebudayaan asing," kata Ilham saat membuka Pekan Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam (Pentas PAI) 2011 Tingkat Kota Makassar di Kantor Kementerian Agama Kota Makassar, Selasa (31/5/2011). Terkait dengan hal tersebut, Ilham meminta institusi agama termasuk kementerian agama untuk turut melakukan intervensi terhadap ancaman degredasi moral yang saat ini mulai terlihat gejalanya. "Saat ini teknologi ...