Senjata api rakitan yang digunakan mahasiswa menyerang warga di Jalan
Hertasning Timur, Senin (16/5), diduga dirakit di Laboratorium Fakultas
Teknik Universitas Negeri Makassar (UNM).
Kapolsek Rappocini AKP Herman M mengungkapkan, berdasarkan pengakuan salah seorang tersangka, Kasman, senjata rakitan tersebut dibuat di UNM. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah ini juga mengaku mendapatkan empat butir peluru senapan serbu (SS2) dari rekannya yang datang dari Kalimantan. “Tiga orang sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Dari hasil pemeriksaan, mereka mengaku senjata tersebut dibuat di UNM dan pelurunya disuplai dari Pulau Kalimantan,” paparnya kepada SINDO, kemarin. Menanggapi pengakuan tersangka,Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Teknik UNM Idham yang dikonfirmasi, menampik hal tersebut.
Menurutnya, laboratorium di UNM dijaga ketat pengelola sehingga tidak mungkin dijadikan lokasi pembuatan senjata api rakitan. “Mahasiswa yang melakukan praktik di laboratorium bergiliran karena peralatan kurang dibandingkan jumlah mahasiswa yang ada, jadi tidak mungkin ada pembuatan senjata. Apalagi,pengawasannya cukup ketat,”tandasnya.
Kendati demikian, dia menyatakan, jika benar senjata itu dirakit di UNM,pihaknya akan memberikan sanksi tegas bagi pelaku. Dia mengaku, sejauh ini belum menerima laporan polisi terkait dijadikannya laboratorium teknik sebagai tempat perakitan senjata. “Hukuman terberat adalah dikeluarkan karena telah merusak nama institusi, bahkan nama daerah di mata nasional,”ujarnya.
Dari delapan mahasiswa yang diamankan polisi karena menyerang warga,lima orang di antaranya telah dibebaskan. Tiga orang yang ditetapkan tersangka, yakni Kasman dan Rajab, mahasiswa Universitas Muhammadiyah; Apriaman,mahasiswa UNM. Selain ditetapkan sebagai tersangka penyerangan, mereka juga dijerat Undang- Undang Darurat No 15/1951 tentang Senjata Tajam.
Menanggapi aksi kriminal yang dilakukan mahasiswa,kriminolog Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Muhadar menyatakan, tindakan mahasiswa ini sangat jauh dari perannya sebagai generasi terdidik. Mahasiswa saat ini tidak bisa dibandingkan lagi dengan mahasiswa dulu. “Mahasiswa sekarang cenderung anarkistis dan gegabah dalam mengambil putusan. Mereka terlalu mudah digerakkan,” katanya.
Bahkan,dia membandingkan mahasiswa dan tukang becak. Menurutnya,pengemudi becak atau angkot lebih menggunakan otaknya sebelum bertindak.“Tukang becak atau supir angkot ketika akan melakukan aksi berpikir, lebih baik saya mencari uang daripada berbuat anarkistis. Sementara mahasiswa bergerak seakan tanpa beban,”ujarnya.
Sementara itu, psikolog UNM Asniar Khumas menilai, tindakan mahasiswa tersebut lebih pada ungkapan ekspresi diri mengingat mereka dalam taraf menuju kedewasaan tahap awal.“Tahapan ini memang cenderung labil sehingga mahasiswa yang berada dalam tahap ini bisa dikatakan masih mencari jati dirinya,”ungkapnya.
Wali Kota Dekati Aktivis Mahasiswa
Tingginya tindak kriminal yang dilakukan mahasiswa di sejumlah perguruan tinggi,membuat Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin turun tangan. Langkah awal, Ilham memilih mendekati aktivis mahasiswa secara personal guna diajak berdiskusi serta memberikan masukan untuk bersama-sama meredam aksi anarkistis mahasiswa.
Pendekatan secara personal dianggap jalan yang tepat guna mencari dan mengetahui keinginan mahasiswa sebelum diberikan solusi di masing-masing perguruan tinggi. “Kami sangat prihatin,belakangan ini tingkat kriminalitas dalam dunia pendidikan cenderung semakin tinggi.
Inilah yang ingin kami carikan solusi, dengan mengajak secara personal dulu,” kata Ilham saat dimintai tanggapannya di depan ruang kerja dia,kemarin. Ilham, yang juga Ketua Keluarga Besar Putra Putri Polri (KBPPP) Sulsel, menambahkan, pascapendekatan personal, dia akan memfasilitasi pertemuan kelembagaan mahasiswa. Dengan begitu, ke depan tindakan kriminalitas di kampus bisa diminimalisasi.
Apalagi, di berbagai kesempatan, para pengurus kelembagaan mahasiswa sudah berulang kali bertemu,termasuk saat dihadiri Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo,belum lama ini. “Kami juga heran, ada apa sampai mudah sekali terjadi bentrokan.Padahal, dari beberapa pertemuan yang difasilitasi Gubernur,para mahasiswa sudah sepakat meredam bentrokan,” tuturnya.
Selain pendekatan personal dan pertemuan kelembagaan nanti, dia juga mengharapkan ada perubahan pembinaan mental di masing-masing kampus, khususnya di Universitas Muslim Indonesia (UMI) yang hampir setiap saat terjadi tindakan kriminalitas. Seputar Indonesia-rahmat hardiansya/ arif saleh...
Kapolsek Rappocini AKP Herman M mengungkapkan, berdasarkan pengakuan salah seorang tersangka, Kasman, senjata rakitan tersebut dibuat di UNM. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah ini juga mengaku mendapatkan empat butir peluru senapan serbu (SS2) dari rekannya yang datang dari Kalimantan. “Tiga orang sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Dari hasil pemeriksaan, mereka mengaku senjata tersebut dibuat di UNM dan pelurunya disuplai dari Pulau Kalimantan,” paparnya kepada SINDO, kemarin. Menanggapi pengakuan tersangka,Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Teknik UNM Idham yang dikonfirmasi, menampik hal tersebut.
Menurutnya, laboratorium di UNM dijaga ketat pengelola sehingga tidak mungkin dijadikan lokasi pembuatan senjata api rakitan. “Mahasiswa yang melakukan praktik di laboratorium bergiliran karena peralatan kurang dibandingkan jumlah mahasiswa yang ada, jadi tidak mungkin ada pembuatan senjata. Apalagi,pengawasannya cukup ketat,”tandasnya.
Kendati demikian, dia menyatakan, jika benar senjata itu dirakit di UNM,pihaknya akan memberikan sanksi tegas bagi pelaku. Dia mengaku, sejauh ini belum menerima laporan polisi terkait dijadikannya laboratorium teknik sebagai tempat perakitan senjata. “Hukuman terberat adalah dikeluarkan karena telah merusak nama institusi, bahkan nama daerah di mata nasional,”ujarnya.
Dari delapan mahasiswa yang diamankan polisi karena menyerang warga,lima orang di antaranya telah dibebaskan. Tiga orang yang ditetapkan tersangka, yakni Kasman dan Rajab, mahasiswa Universitas Muhammadiyah; Apriaman,mahasiswa UNM. Selain ditetapkan sebagai tersangka penyerangan, mereka juga dijerat Undang- Undang Darurat No 15/1951 tentang Senjata Tajam.
Menanggapi aksi kriminal yang dilakukan mahasiswa,kriminolog Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Muhadar menyatakan, tindakan mahasiswa ini sangat jauh dari perannya sebagai generasi terdidik. Mahasiswa saat ini tidak bisa dibandingkan lagi dengan mahasiswa dulu. “Mahasiswa sekarang cenderung anarkistis dan gegabah dalam mengambil putusan. Mereka terlalu mudah digerakkan,” katanya.
Bahkan,dia membandingkan mahasiswa dan tukang becak. Menurutnya,pengemudi becak atau angkot lebih menggunakan otaknya sebelum bertindak.“Tukang becak atau supir angkot ketika akan melakukan aksi berpikir, lebih baik saya mencari uang daripada berbuat anarkistis. Sementara mahasiswa bergerak seakan tanpa beban,”ujarnya.
Sementara itu, psikolog UNM Asniar Khumas menilai, tindakan mahasiswa tersebut lebih pada ungkapan ekspresi diri mengingat mereka dalam taraf menuju kedewasaan tahap awal.“Tahapan ini memang cenderung labil sehingga mahasiswa yang berada dalam tahap ini bisa dikatakan masih mencari jati dirinya,”ungkapnya.
Wali Kota Dekati Aktivis Mahasiswa
Tingginya tindak kriminal yang dilakukan mahasiswa di sejumlah perguruan tinggi,membuat Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin turun tangan. Langkah awal, Ilham memilih mendekati aktivis mahasiswa secara personal guna diajak berdiskusi serta memberikan masukan untuk bersama-sama meredam aksi anarkistis mahasiswa.
Pendekatan secara personal dianggap jalan yang tepat guna mencari dan mengetahui keinginan mahasiswa sebelum diberikan solusi di masing-masing perguruan tinggi. “Kami sangat prihatin,belakangan ini tingkat kriminalitas dalam dunia pendidikan cenderung semakin tinggi.
Inilah yang ingin kami carikan solusi, dengan mengajak secara personal dulu,” kata Ilham saat dimintai tanggapannya di depan ruang kerja dia,kemarin. Ilham, yang juga Ketua Keluarga Besar Putra Putri Polri (KBPPP) Sulsel, menambahkan, pascapendekatan personal, dia akan memfasilitasi pertemuan kelembagaan mahasiswa. Dengan begitu, ke depan tindakan kriminalitas di kampus bisa diminimalisasi.
Apalagi, di berbagai kesempatan, para pengurus kelembagaan mahasiswa sudah berulang kali bertemu,termasuk saat dihadiri Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo,belum lama ini. “Kami juga heran, ada apa sampai mudah sekali terjadi bentrokan.Padahal, dari beberapa pertemuan yang difasilitasi Gubernur,para mahasiswa sudah sepakat meredam bentrokan,” tuturnya.
Selain pendekatan personal dan pertemuan kelembagaan nanti, dia juga mengharapkan ada perubahan pembinaan mental di masing-masing kampus, khususnya di Universitas Muslim Indonesia (UMI) yang hampir setiap saat terjadi tindakan kriminalitas. Seputar Indonesia-rahmat hardiansya/ arif saleh...

Komentar
Posting Komentar