Langsung ke konten utama

life challenges


Banyak di antara Anda, yang walau perlu berusaha keras, pada akhirnya bisa mengenali kekuatan Anda. Andatahu sisi terang dari diri Anda yang kemudian bisa dijadikan modal untuk menggapai mimpi yang ada.Ada sebagian yang lain yang bahkan sudah tahu sejak lama apa yang sungguh dia inginkan. Sebagian dari Anda mungkin sudah punya cita-cita yang amat jelas sejak Anda bisa berpikir.Tak sedikit yang hari-hari ini bahkan tengah berkutat dalam pengejaran impian itu.
Mengenali impian dianggap jadi salah satukunci. Kejelasan cita-cita juga dipandang penting yang akan membantu kita untuk mendapatkan apa yang kita mau. Jadi bisa dibayangkan kekuatannya ketika kejelasan itu berkolaborasi dengan kekuatan yang sudah dikenali. Banyak yang optimis bahwakekuatan yang ada akan jadi modal berharga untuk segera mewujudkan cita-cita. Sungguh bisa dipahami kalau banyak di antara kita yang sungguh percaya bahwa memadukan dua modal di atas -pemahaman akan potensi diri dan pengenalan akan tujuan – akan memudahkan seseorang untuk meraih apa yang dimau. Sungguhkah semudah itu ? Benarkah dua modal di atas sudah cukup untuk jadi tiket masuk ke dalam kelompok orang yang sukses ? Lalu bagaimana realitanya ? Apayang sebenarnya menjadi penghambat usaha kita ? Mengapa kita tak juga sampai pada apa yang kita mau ?
Saya serahkan pada masing-masing Anda menjawab tanya di atas. Saya juga punya jawaban sendiri atas pertanyaan macam itu. Dan yang pasti, pertanyaan sederhana di atas sungguh sempat membuat saya berhenti sejenak. Saya baca berulang kali, dan mencoba mencari jawaban dari dalam hati. Awalnya dengan cepat terlontar banyak argumen, yang sayangnya adalah buah pikiran semata. Sementara untuk jenis pertanyaan macam itu respons dari otak saja tak akan cukup. Kadang ada jawaban-jawaban tegas yang justru diekspresikan dalam diam.
Jawaban dari hati terdalamlah yang lebih menggambarkan dinamika realita peta hidup kita. Jawaban yang datangnya dari kepala kadang lebih banyak dibungkus oleh dorongan mempertahankan ego.Ia sering kali jadi wajah lain dari sikap defensif kita. Untungnya pertanyaan di atas memang tidak diajukan sebagai bahan ujian kenaikan kelas di sekolah umum yang Anda kenal. Di sekolah macam itu, Anda memang harus mengandalkan ingatan Anda. Kemampuan Anda menghafal akan sangat berguna. Jawaban dari otak Anda yang encer amat sangat jadi andalan.Untungnya ini adalah soal ujian dalam kelas untuk kenaikan tingkat kesadaran kita. Ini bukan ujian formal atau ujian negara. Ini adalah jenis ujian di semesta kesadaran kita yang hanya mensyaratkan kejujuran terbaik yang bisa kita tampilkan. Tetap ada repotnya.
Tak semua kita, termasuk saya bisa dengan mudah jujur. Apalagi ketika kejujuran itu bermakna sama dengan mengungkap kekurangan yang ada. Bahkan dalam ruangmeditasi pribadi pun, tak mudah buat banyak orang untuk jujur apa adanya. Jadi saya tak janji, coretan ini juga akan dipenuhi kejujuran saya pribadi (aha). Untungnya, saya dan Anda akan tetap tahu apakah sedang jujur atau tidak. Dengan begitu, kita juga bisa tahu jawaban terjujur yang mungkin masih kita simpan di pojokhati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAJAK SEONGGOK JAGUNG "W.S. Rendra"

Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda yang kurang sekolahan. Memandang jagung itu, sang pemuda melihat ladang; ia melihat petani; ia melihat panen; dan suatu hari subuh, para wanita dengan gendongan pergi ke pasar ……….. Dan ia juga melihat suatu pagi hari di dekat sumur gadis-gadis bercanda sambil menumbuk jagung menjadi maisena. Sedang di dalam dapur tungku-tungku menyala. Di dalam udara murni tercium kuwe jagung Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda. Ia siap menggarap jagung Ia melihat kemungkinan otak dan tangan siap bekerja Tetapi ini : Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda tamat SLA Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa. Hanya ada seonggok jagung di kamarnya. Ia memandang jagung itu dan ia melihat dirinya terlunta-lunta . Ia melihat dirinya ditendang dari diskotik. Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalase. Ia melihat saingannya naik sepeda motor. Ia melihat nomor-nomor lotre. Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal. Seonggok jagung di kamar t...

Busuknya kebencian

Seorang Ibu Guru taman kanak-kanak (TK) mengadakan"permainan". Ibu Gurumenyuruh tiap² muridnya membawa kantong plastiktransparan 1 buah dankentang. Masing² kentang tersebut diberi namaberdasarkan nama orang yangdibenci, sehingga jumlah kentangnya tidak ditentukanberapa ... tergantungjumlah orang² yang dibenci. Pada hari yang disepakati masing² murid membawakentang dalam kantongplastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan adayang 5. Sepertiperintah guru mereka tiap² kentang diberi nama sesuainama orang yangdibenci. Murid² harus membawa kantong plastik berisikentang tersebutkemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun,selama 1 minggu. Hari berganti hari, kentang² pun mulai membusuk,murid² mulai mengeluh,apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain beratbaunya juga tidak sedap.Setelah 1 minggu murid² TK tersebut merasa lega karenapenderitaan merekaakan segera berakhir. Ibu Guru : "Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1minggu ?" Kel...

Moral Remaja Makassar Bakal Terdegradasi

Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin mengakui imbas dari cita-cita Makassar sebagai kota dunia akan berefek dengan munculnya degradasi moral utamanya di kalangan remaja. Hal ini merupakan konsekuensi dari masuknya semua pengaruh asing ke dalam dinamika kehidupan warga kota Makassar bersamaan dengan aspek medernisasi lainnya. "Pada akhir abad 16 yang lalu, di saat Makassar tampil sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia, modernisasi yang datang dikelola dengan tetap mempertahankan nilai moral. Keberhasilan ini disebabkan karena kuatnya peran agama sebagai filter kebudayaan asing," kata Ilham saat membuka Pekan Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam (Pentas PAI) 2011 Tingkat Kota Makassar di Kantor Kementerian Agama Kota Makassar, Selasa (31/5/2011). Terkait dengan hal tersebut, Ilham meminta institusi agama termasuk kementerian agama untuk turut melakukan intervensi terhadap ancaman degredasi moral yang saat ini mulai terlihat gejalanya. "Saat ini teknologi ...