
Banyak di antara Anda, yang walau perlu berusaha keras, pada akhirnya bisa mengenali kekuatan Anda. Andatahu sisi terang dari diri Anda yang kemudian bisa dijadikan modal untuk menggapai mimpi yang ada.Ada sebagian yang lain yang bahkan sudah tahu sejak lama apa yang sungguh dia inginkan. Sebagian dari Anda mungkin sudah punya cita-cita yang amat jelas sejak Anda bisa berpikir.Tak sedikit yang hari-hari ini bahkan tengah berkutat dalam pengejaran impian itu.
Mengenali impian dianggap jadi salah
satukunci. Kejelasan cita-cita juga dipandang penting yang akan
membantu kita untuk mendapatkan apa yang kita mau. Jadi bisa
dibayangkan kekuatannya ketika kejelasan itu berkolaborasi dengan
kekuatan yang sudah dikenali. Banyak yang optimis bahwakekuatan yang
ada akan jadi modal berharga untuk segera mewujudkan cita-cita. Sungguh
bisa dipahami kalau banyak di antara kita yang sungguh percaya bahwa
memadukan dua modal di atas -pemahaman akan potensi diri dan pengenalan akan tujuan – akan memudahkan seseorang
untuk meraih apa yang dimau. Sungguhkah semudah itu ? Benarkah dua
modal di atas sudah cukup untuk jadi tiket masuk ke dalam kelompok
orang yang sukses ? Lalu bagaimana realitanya ? Apayang sebenarnya menjadi penghambat usaha kita ? Mengapa kita tak juga sampai pada apa yang kita mau ?
Saya serahkan pada masing-masing Anda
menjawab tanya di atas. Saya juga punya jawaban sendiri atas pertanyaan
macam itu. Dan yang pasti, pertanyaan sederhana di atas sungguh sempat
membuat saya berhenti sejenak. Saya baca berulang kali, dan mencoba
mencari jawaban dari dalam hati. Awalnya dengan cepat terlontar banyak argumen, yang sayangnya adalah buah pikiran
semata. Sementara untuk jenis pertanyaan macam itu respons dari otak
saja tak akan cukup. Kadang ada jawaban-jawaban tegas yang justru
diekspresikan dalam diam.
Jawaban dari hati terdalamlah yang lebih menggambarkan dinamika realita peta hidup
kita. Jawaban yang datangnya dari kepala kadang lebih banyak dibungkus
oleh dorongan mempertahankan ego.Ia sering kali jadi wajah lain dari
sikap defensif kita. Untungnya pertanyaan di atas memang tidak diajukan
sebagai bahan ujian kenaikan kelas di sekolah
umum yang Anda kenal. Di sekolah macam itu, Anda memang harus
mengandalkan ingatan Anda. Kemampuan Anda menghafal akan sangat
berguna. Jawaban dari otak Anda yang encer amat sangat jadi
andalan.Untungnya ini adalah soal ujian dalam kelas untuk kenaikan
tingkat kesadaran kita. Ini bukan ujian formal atau ujian negara. Ini adalah jenis ujian di semesta kesadaran kita yang hanya mensyaratkan kejujuran terbaik yang bisa kita tampilkan. Tetap ada repotnya.
Tak semua kita, termasuk saya bisa
dengan mudah jujur. Apalagi ketika kejujuran itu bermakna sama dengan
mengungkap kekurangan yang ada. Bahkan dalam ruangmeditasi pribadi pun,
tak mudah buat banyak orang untuk jujur apa adanya. Jadi saya tak
janji, coretan ini juga akan dipenuhi kejujuran saya pribadi (aha).
Untungnya, saya dan Anda akan tetap tahu apakah sedang jujur atau
tidak. Dengan begitu, kita juga bisa tahu jawaban terjujur yang mungkin
masih kita simpan di pojokhati.
Komentar
Posting Komentar